Saat sebuah website bisa diakses secara online, ada proses yang berjalan di belakangnya. Tidak cukup hanya laman website dan jaringan internet saja. Agar informasi bisa muncul pada layar browser dibutuhkan peran server di sini. Ada banyak jenis pilihan server, namun dalam artikel ini jenis-jenis VPS dan konsep kerjanya yang akan dibahas.

VPS menarik untuk dibahas karena di tahun 2018 pasarnya sudah bernilai sekitar USD 1 miliar. Angka ini akan terus tumbuh sekitar 15% hingga tahun 2025. Uniknya, pelaku usaha kecil menengah diprediksi yang akan mendominasi penggunaan VPS. Dari sini terlihat bahwa di masa depan banyak para perintis yang ingin memegang kendali penuh terhadap kegiatan online mereka, termasuk dalam hal teknis.

Apa Itu VPS?

VPS (Virtual Private Server) merupakan salah satu jenis hosting yang menyediakan ruang pribadi bagi penggunanya. Ruangan ini bersifat virtual (maya) pada sebuah komputer server sehingga resource yang ada di sana hanya digunakan oleh orang tersebut saja. Meskipun pada praktiknya server fisik berbagi dengan user lain, namun secara aktivitas tidak akan saling mengganggu.

Cara kerja VPS membuat seseorang seperti memiliki satu server fisik seutuhnya. Maka dari itu, jenis server ini cukup populer dan disukai oleh banyak kalangan. Dengan menggunakan VPS, seseorang bisa memaksimalkan space, bandwidth, dan pengaturan lainnya supaya performa website bisa optimal. Jadi kalau sebuah website sudah mengalami peningkatan traffic sebaiknya berpindah dari shared hosting ke VPS.

Kelebihan lain dari VPS adalah privacy terhadap data-data penting. Pengguna server lain tidak dapat melihatnya karena ibarat sebuah ruangan sudah terbatasi oleh partisi masing-masing. Oleh sebab itu, sistem operasinya pun tidak harus seragam, bahkan untuk melakukan rebooted server tidak akan bergantung pada user lainnya.

Memang secara harga akan lebih mahal sedikit jika kita bandingkan dengan shared hosting. Selain itu, seseorang pun harus memiliki pengetahuan dasar terkait manajemen server sehingga penggunaan VPS satu level dari shared hosting. Beberapa pengguna website juga bisa sekaligus memanfaatkan VPS untuk keperluan mail server program, web server software, file transfer protocol program, dan sebagainya.

Cara Kerja VPS

Dari penjelasan pada bagian sebelumnya, sekilas sudah tergambar sekilas bagaimana cara kerja sebuah server. Saat seseorang mengetikkan alamat website, maka internet akan menghubungkan browser dengan server untuk menampilkan informasi yang masuk dalam pencarian. Jika server sudah memberikan akses, barulah muncul tulisan, gambar, video, dan konten lainnya pada halaman browser.

Namun itu konsep kerja server secara umum. Dalam VPS, sebuah komputer server harus ter-install suatu operating system (OS) agar dapat melakukan konfigurasi, setting, menambahkan software dan plugin penting, dan sebagainya. OS yang umumnya ada pada server VPS adalah Windows dan Linux. Pada tahun 2018, lebih dari 60% pengguna VPS memakai Linux karena merupakan open source, serta lebih mudah terpasang dan mereka gunakan untuk berbagai pekerjaan.

VPS bekerja layaknya server yang berdiri sendiri, artinya ada full root access, alamat IP, port number, filtering, tables, dan routing rules tersendiri. Selain itu, VPS pun dapat menghapus, menambahkan, dan mengelola data apapun yang ada dalam root-nya. Sekaligus mengkonfigurasi software baru dengan sistem kerja yang sudah ada sebelumnya.

Empat Jenis VPS

Ada banyak jenis-jenis VPS yang kini tersedia oleh provider. Namun ada empat yang wajib Anda ketahui karena paling terkenal dan banyak penggunanya. Virtualisasi tersebut adalah, sebagai berikut:

1. OpenVZ

Dari banyak jenis-jenis VPS, inilah yang paling sering menjadi tawaran kepada user. Sebenarnya server ini tidak seutuhnya berdiri sendiri karena bekerja dalam shared kernel. Oleh sebab itu, ada kemungkinan performa akan terganggu karena provider kerap menjualnya lebih dari batas seharusnya.

OpenVZ banyak berguna untuk user yang baru beralih dari shared hosting atau untuk website yang traffic-nya meningkat namun belum begitu banyak. Jadi sebagai pemula yang ingin mengatur servernya sendiri, bisa menggunakan VPS jenis ini. Hanya saja perlu Anda ingat kalau OpenVZ hanya kompatibel dengan OS Linux, bukan Windows.

2. KVM

KVM (Kernel-based Virtual Machine) sering orang bandingkan dengan OpenVZ. Penyebabnya karena cukup banyak juga penggunanya. Meski harganya lebih mahal, user mendapatkan sesuatu yang setimpal. Seseorang yang menggunakan KVM tidak terbatas menggunakan Linux. KVM bisa langsung terhubung dengan hardware-nya. Adanya akses cepat ini membuat performa KVM lebih baik dari OpenVZ dengan jumlah memori yang sama.

KVM merupakan virtualisasi penuh dan bersifat privacy. Provider tidak dapat mengakses data-data yang ada dalam VPS. Kalau masih merasa kurang yakin, beberapa orang ada yang mengenkripsi data-datanya. Melihat user memiliki kontrol penuh terhadap server-nya, maka proses setting cukup merepotkan dan butuh pengetahuan teknis yang mumpuni.

3. HVM

Model HVM adalah satu dari jenis-jenis VPS yang banyak menjadi pilihan dari ecommerce menengah ke atas. Mirip seperti KVM, hanya saja user memiliki kebebasan penuh terhadap hardware-nya. Oleh sebab itu, HVM cocok untuk website dan toko online yang beranjak besar.

HVM (Hardware Virtual Machine) juga kita kenal dengan nama Xen HVM karena mendapat dukungan penuh dari perusahaan Xen. Adapun server ini bisa bekerja baik dengan OS Linux dan Windows. Kelebihan lainnya adalah secara performa lebih stabil jika kita bandingkan dengan KVM.

4. Hyper-V

Hyper-V mempunyai nama lengkap Microsoft Hyper-V. Dari beberapa jenis-jenis VPS yang ada, jenis ini yang paling cocok untuk OS Windows, maka dari itu namanya ada Microsoft. Selain merupakan fitur umum untuk OS tersebut, Hyper-V juga terkenal mudah juga dengan adanya bantuan GUI (Graphic User Interface).

Buat user yang sangat addict menggunakan Microsoft memang sebaiknya menggunakan Hyper-V. Hanya saja siapkan budget lebih karena VPS jenis ini memang terkenal mahal, belum lagi biaya untuk membeli lisensi Windows-nya. Walaupun begitu, jumlah dana yang harus keluar sebanding dengan banyaknya keuntungan yang mereka dapat dari Hyper-V.

Waktu yang Tepat Menggunakan VPS

Setelah mengetahui jenis-jenis VPS pada bagian sebelumnya, mungkin ada sebagian orang yang bertanya-tanya, “jenis server seperti apa yang seharusnya mereka pilih?” atau “inikah saatnya berpindah ke VPS?”. Tenang, untuk menjawab pertanyaan tersebut simak beberapa pertimbangan ini:

1. Loading Website Mulai Lama

Kalau performa website tidak selancar dulu, berarti ada yang harus segera mendapat pembenahan. Kemungkinan salah satu penyebabnya adalah traffic yang tinggi dan tidak dapat ter-cover dengan shared hosting yang ada sekarang. Untuk mendapatkan akses loading yang lebih cepat sebaiknya menggunakan VPS.

2. Butuh Custom Software

Salah satu kelebihan VPS adalah user bisa melakukan kustomisasi software dengan bebas. Untuk beberapa industri atau pekerjaan tertentu memang membutuhkan bantuan software atau plugin khusus. Dengan VPS, user dapat menambahkan software atau plugin yang mereka inginkan tanpa halangan dari user lain.

3. Butuh Ruang Data yang Private

Jika kita bandingkan dengan shared hosting, VPS memberikan ruang khusus kepada user-nya untuk menyimpan data apapun. User tidak perlu khawatir datanya akan terlihat atau terakses oleh user lain, karena sudah memiliki ruangan tersendiri. Kalau perlu, buat setting keamanan khusus agar lebih tenang.

Dengan mengetahui cara kerja server dan jenis-jenis VPS beserta konsep kerjanya, maka seseorang bisa memutuskan layanan mana untuk digunakan. Jangan sampai salah beli karena masing-masing jenis server, khususnya VPS, memiliki kriteria tertentu dan dapat memenuhi kebutuhan khusus. Untuk performa yang lebih unggul namun hanya memiliki budget terbatas dan pengetahuan teknis server belum begitu handal, maka VPS adalah pilihan yang tepat.

Baca juga: Memahami Apa Itu Web Hosting: Pengertian, Fungsi, dan Jenis-jenisnya

Sumber: Garuda Website